Kelembutan Hati, Niat Baik, dan Profesionalisme#1

11 – 12 Juli saya jadi bolang (aka.bocah petualang), eh bukan deng, saya pelang ( perempuan petualang ), hahahahahha. Yups! Dalam 2 hari itu saya lintas kota, Muara dua – Palembang – Jakarta – Yogya – Magelang – Semarang – Cirebon, Mengheduuuun,hihihi xp. Betewey saya baru tau kalo di Magelang gada taksi kayak si burung-biru ato sejenisnya. Hooho. 😉

Ditulisan ini saya gak akan cerita tentang gimana saya bisa lintas kota itu dalam 2 hari, ato berapa ongkos perjalanan yang saya habiskan, ato apapun terkait tentang kota – kota yang saya datengin itu. Saya mo cerita tentang apa yang saya dapetin waktu perjalan saya antara Magelang – Semarang, naik bus ekonomi, ongkosnya Rp. 10.000, 00 aja. Saya ketemu sama orang – orang yang, kalo menurut saya, membuka cakrawala saya untuk lebih mengenal masyarakat dan bermasyarakat. Hahaha, ternyata saya masih gada apa – apa – nya, padahal gak lebih dari itungan jari tahun – tahun saya-untuk-bisa-ditoleransi itu hampir usai, phyuuuuuh. Maafin saya, umat. Y__Y

Orang yang pertama mau saya certain adalah seorang ibu, dengan 2 orang anak. Saya lupa nama ibu itu siapa, hehehe ;p sebut saja ibu A. Selama perjalanan menuju Semarang, Ibu A menceritakan beberapa kisah hidupnya. Tentang anaknya paling muda yang ternyata lebih dekat dengan pengasuhnya, tentang ujian kenaikan pangkatnya yang menjadi alasan kepergiannya ke Semarang, tentang rumahnya yang sering dijadikan hunian mahasiswa UGM yang KKN, dan tentang suaminya yang berprofesi sebagai perangkat desa. Yang terakhir yang mau saya sorotin. Okey, profesi sebagai perangkat desa, setau saya, bisa didapatkan dengan status kita sebagai lulusan SMA, tapi suami ibu A ini adalah seorang sarjana tekhnik metalurgi, wow! Sarjana tekhnik metalurgi dan perangkat desa?!

Ibu A bercerita kalau suaminya itu korban PHK. Setelah itu suaminya juga pernah menjadi kontraktor yang sering berpergian keluar pulau jawa, namun menjadi trauma akibat pesawat terbang yang jatuh dan menewaskan rekan kerjanya, dan perangkat desa menjadi ketentuan berikutnya yang dijalaninya hingga saat ini. “Iyah de, masih untung ada pekerjaan, dari pada jadi pengangguran, Allhamdulillah juga masih bisa mencukupi kebutuhan keluarga de.” Kata Ibu A (Saya lupa redaksinya gimana, intinya gitu dah xp).

Pelajaran pertama: Menghadapi kerasnya hidup dengan kelembutan hati akan membawa hikmah-Nya dan rasa syukur pada sang Pencipta. Mendapat hikmah dan bersyukur itu sulit bukan? 

Orang berikutnya adalah …. (bersambung)

One thought on “Kelembutan Hati, Niat Baik, dan Profesionalisme#1

Leave a comment