Menulis

Kemarin maghrib sembari jalan pulang saya bercakap dengan seorang teman ” Iya ghe, kalau aku gak lagi galau aku gak bisa menulis.” Saya merespon dengan SENYUM. Padahal dalam dihati merasa gimana gitu, mengingat tentang MENULIS.

Saya suka menulis.

Menulis jurnal harian alias diary, dear diary. Beuh, itu semua dibuku diary bener – bener mangkok dari ide – ide saya yang suka berlebih, tapi gak sedikit juga cerita galaunya. ;p

Bagi saya, menulis itu seperti meluapkan apa saja yang sulit untuk diungkapkan dengan berucap. Bukan karena gangguan pada otak sehingga tidak bisa berucap, hanya saya objek akan memahami apa yang kita inginkan secara menyeluruh terlebih dahulu, dibanding dengan berucap yang rentan akan kesalahan persepsi. Miskom.

Kadang otak saya bekerja lebih cepat dari menulis. Tulisan saya baru dimana, yang dikepala udah dimana. Saya tau menulis itu adalah pengikat, cuma masih aja suka melakukan pelanggaran dengan tidak menuliskan ide – ide yang bertebaran, padahal itu mungkin saja bermanfaat bukan? Entahlah.

Saya ingin menjadi penulis.

Mungkin berawal dari salah satu hobi saya, membaca. Rasanya, sehabis membaca sesuatu, kayak ada api semangat yang berkobar – kibar yang membuat saya juga ingin mencatakan nama dalam lembaran – lembaran manfaat. Lebay yak kalimatnya? Pokoknya perasaan saya ingin punya buku, buku dengan tulisan author: Angghea Rachmiawaty.

Mungkin juga berawal dari-kebetulan-Medicinus yang tiba – tiba memuat tulisan galau saya tentang ‘Ayah’.

Mungkin juga berawal waktu saya mengikuti sebuah seminar mengenai jurnalistik kesehatan. Klik! Yah, tapi saat itu saya seperti menemui titik terang akan masa depan saya yang sebelumnya absurb.  

Ah! Kangen banget menulis. Menulis yang memang benar bermanfaat, bukan hanya sekedar keluh kesah yang cuma jadi sampah.

Semoga tulisan saya bisa bermanfaat dan membawa kebenaran yang Maha Kuasa ;D

Mendiktekan diri saat ini sebagai calon penulis. Amiiiinn.

Leave a comment