9 April 2014…

 

Jari kelingki kiri saya warna biru. Dicelupin secara sengaja ke tinta. Hehehe.

 

Pastinya saya gak ganti PP saya buat nunjukin itu, kaya yang dilakukan beberapa teman dengan PP mereka. Tapiii dari kemarin saya pengen banget nulis di blog tentang momen ini… . Momen yang bikin semarak jalanan dengan baligo, spanduk, poster dan sampah?, yang bikin omset pengusaha percetakan kaos atau kalender meningkat, yang bikin layanan kesehatan ramai membuka pelayanan kesehatan jiwa, pemilihan umum.

 

Kalo kata media, hari itu menjadi bagian pesta demokrasi di Indonesia, hmmm. Lagu lama…

 

Saya cuma kepikiran, tentang propaganda, “GUNAKAN HAK PILIHMU.”

 

Well, Indonesia, saya pikir ‘memilih’ saat pemilu itu bukan hak, namun kewajiban. Sesuatu yang memang harus diusahakan dan dipaksakan. Suruh siapa jadi warga negara Indonesia? Negeri yang meproklamir dirinya dengan kedaulatan rakyat sebagai kekuasaan tertinggi. Konsekuensinya sebagai rakyat yang dianggap berdaulat, ya wajib ‘memilih’.

 

Dan tentunya saat berkewajiban, ada juga hak yang dimiliki. Salah satunya berbicara. Berbicara atas nama kedaulatan rakyat, berbicara karena mungkin merasa ada yang tidak berpihak pada rakyat. Jadi saat kita tidak menjalankan kewajiban ‘memilih’, maka kita tidak berhak untuk berbicara, untuk protes, untuk demo, atau apapun yang memojokan praktisi di pemerintahan.

 

Saya bukan sekedar membela Pemerintah, namun mencoba menuntut rakyat yang berdaulat untuk menertibkan dirinya, termasuk saya didalamnya.

 

“Bingung ah, kebanyakan nama.”

Kalau bingung memilih yang mana kenapa tidak mencari tahu?

“Satu suara hilang gak akan mempengaruhi hasil pilih ko…”

Kalau semua rakyat berpikir seperti itu, maka pemilu gagal total, tidak akan ada pemilih.

“Repot ah, informasinya gak jelas (untuk pemilih yang KTPnya berbeda dengan domisili), berubah-rubah.” Sudahkan anda bertanya pada pihak yang berwenang? Setidaknya Pak RT/RW ditempat tinggal? Atau malahan tidak tahu siapa mereka?

 

Introspeksi, evaluasi, dan kontrol….

 

Terlahir ditanah Indonesia memang bukan pilihan, tapi untuk menjadi warga negara Indonesia pilihan kan….

Dan Ibu Pertiwi sangat berharap rakyatnya berdaulat… bukan hanya yang tenggelam dengan paham demokrasi atau yang pragmatis dan putus asa menganggap Indonesia jalan ditempat.

 

Wallahualam…

 

Leave a comment